02 June 2011

Pendapat Insan Logistik: Pembatasan Truck di Ibu kota

"Pembatasan Truck di Ibu kota"
Terima Kasih Kepada Bapak Sugi Purnoto (Pengirim ALI Mailing List)

Melihat, menganalisa dan mengamati dengan apa yang terjadi terhadap fenomena
pembatasan truck masuk jalan tol dalam kota yang dihubungkan dengan kemacetan,
polusi, kecepatan kendaraan yang rendah, dll, sungguh menarik untuk dicermati.


Kalau beberapa waktu yang lalu Pem Prov DKI yang mengandeng Lembaga Universitas
untuk melakukan pengkajian, yang diakhiri dengan kesimpulan bahwa pembatasan
truck masuk tol dalam kota adalah satu solusi yang tepat. kemudian dilanjutkan
dengan tindakan pembatasan truck masuk tol dalam kota oleh Pem Prov DKI.
Sekarang Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan menggandeng ITB untuk
melakukan pengkajian, pertanyaannya kemudian menjadi sangat aneh, mengapa
kebijakan sudah dilakukan tetapi analisanya baru dilakukan kemudian. dan sering
kali hasil dari sebuah kajian itu hanya sekedar untuk menunjukkan kepada publik
bahwa kajian tehnis dari ahlinya sudah dilakukan.

Pertanyaanya kemudian adalah apakah sesungguhnya fungsi dari Kementerian
Perhubungan yang tidak mengetahui akar masalah dari carut marutnya system
transportasi di Indonesia secara umum dan secara khusus di Jakarta. Bagaimana
ketidak mampuan Kementarian/Pemerintah Pusat untuk menekan DKI dalam masalah
pembatasan truck masuk tol dalam kota.

Rekan-rekan sekalian,
Saya berani menegaskan disini bahwa kemacetan di Jakarta ini tidak 100%
disebabkan oleh truck atau angkutan berat lainnya yang masuk tol dalam kota,
tetapi jumlah kendaraan yang tidak seimbanglah yang menjadi faktor utama
penyebab terjadinya kemacetan. memang kadang-kadang kita temukan kemacetan
dijalan tol yang disebabkan oleh truck trailer yang mogok dijalan tol. tetapi
penyebab utamanya adalah ketersediaan infrastruktur dan jumlah kendaraan yang
tidak seimbang, plus dengan system transportasi kita yang tidak berjalan denga
baik.

Dari sisi infrastruktur di Jakarta, kita telah mengalami kemunduran yang sangat
significant dibandingkan dengan ruas jalan atau infrasturktur jalan tahun 90an
kebawah. saya besar di jakarta Utara dari mulai tahun 80an yang melihat Jalan
arteri atau terkenal dengan jalan by pass dari Tg. Priok ke Clilitan adalah 5
jalur, dimana 3 jalur adalah untuk kendaraan cepat, dan 2 jalur adalah untuk
kendaraan lambat dan sepeda motor, tetapi rekan-rekan semua yang melalui jalan
ini, bisa melihat sekarang sudah banyak yang menjadi 1 jalur saja, karena sudah
dipotong dengan jalur bus way dan jalan Tol Wiyoto Wiyono diatasnya. Anda semua
bisa membanyangkan, berapa ratus % pertumbuhan jumlah kendaraan baik mobil atau
motor dari tahun 80 tersebut sampai dengan tahun 2011 ini, tetapi ruas jalannya
tidak bertambah tetapi menyusut 400% dari 5 jalur menjadi 1 atau 2 jalur saja.
dan ini terjadi hampir disemua ruas jalan yang ada.

" Bagaimana Jakarta tidak macet " Siapapun tidak akan bisa mengurai kemacetan
Jakarta ini, kecuali semua warga patuh menggunakan angkutan umum yang telah
disediakan dengan kondisi yang baik dan layak, dan Pemerintah juga komitmen
menyediakan sarana tersebut dengan baik dan dalam jumlah yang cukup, Berikutnya
adalah disiplin masyarakat dalam berlalu lintas. Faktor ini yang harusnya
dimengerti oleh Kementerian Perhubungan atau Pemerintah Prov DKI, analisanya
tidak usah yang tinggi-tinggi, sederhana saja, tambah infratruktur, sediakan
angkutan umum yang layak, sediakan jalur khusus sepeda motor, batasi mobil
berdasarkan umur pemakian dll yang khusus hari Senin - Jumat.
Jika infrastruktur tidak bisa segera ditambah, batasi kendaraan pribadi beredar
di Jakarta pada hari senin - Jumat.

Sekarang mari kita melihat dan menganalisa kemacetan di Jalan tol dalam kota.
Hal ini tidak bosan-bosanya saya tulis dan tulis kembali, bahwa kemacetan di
jalan tol dalam kota, 60% disebabkan oleh kendaraan pribadi yang tidak dapat
ditampung oleh jalan Tol pada pagi dan sore hari, 20% disebabkan oleh system
antrian di Jalan Tol dalam Kota ( Halim dan Taman Mini dan Tomang, dll), dan 20%
oleh system lalu lintas khususnya akses keluar di Kuningan/Tegal Parang.

Mari kita telusuri dari lintas tol Cikampek ke Halim, setelah gerbang tol Pd
Gede Timur yang sudah tidak ada transaksi, kemacetan terhadang di pembayarang
gardu tol dalam Kota halim, antrian panjang setiap hari pada jam 6.30 - 07.30
sangat panjang dan rata-rata memerlukan waktu 1 jam untuk bisa keluar dari
gerbang tol halim untuk mengarah ke Cawang, demikian juga yang dari Cibubur ke
TMII selanjutnya ke Cawang.

Sampai hari ini, saya belum melihat perubahan yang dilakukan oleh Jasa Marga di
gerbang tol Halim untuk mengurangi antrian dengan merubah 6 gardu
konvensionalnya menjadi GTO di gerbang utama utara, ini sudah saya tulis 1 bulan
yang lalu, Bagaimana kemacetan mau diurai, kalau Jasa Marga sebagai penyedia
jasa jalan tol tidak juga melakukan perubahan, Maka kerja keras dari Rekan-rekan
Polantas dan Perhubungan yang mangatur agar truck tidak masuk tol dalam kota di
Cikunir menjadi tidak maksimal.

Selepas Cawang, kita akan dihadang kemacetan dari buntut keluarnya kendaraan
yang di tegal parang/Kuningan, karena exit ini terlalu dekat dengan lampu merah
yang dikuningan dan dipotong oleh Bus way, sehingga buntutnya luar biasa
panjang, dari Cawang - Pancoran - Kuningan yang berjarak hanya 3KM, minimal
diperlukan waktu tempuh antara 30 menit - 1 Jam untuk mencapainya, selepas
kuningan jalan tol akan lancar sudah tidak ada hambatan lagi.
Saya juga sudah menulis, tutup exit gerbang tol Kuningan pada jam 06.00 - 09.00
dan pindahkan ke Pancoran atau Semanggi, sehingga akan mengurai atau mengurangi
kemacetan selama ini di exit kuningan yang buntutnya selalu sampai
Cawang/Halim?TMII, tetapi sampai dengan hari ini tidak ada perubahan yang
dilakukan, bagaimana juga mau mengurai kemacetan di jalan tol dalam kota, pola
ini harus dicoba dilakukan seperti operasional pintu masuk Semanggi I.
Kalau dari Lintas tol Tangerang, kemacetan utama adalah akses keluar di Tomang
yang membuat buntutnya menjadi panjang, dan ini perlu pengaturan pada management
traffic di lampu merah Tomang, sehingga terjadi percepatan pencairan dari
antrian yang dair Too Tangerang ke Tomang, akses selanjutnya keluar tol
Slipi/RS Darmais.

Selanjutnya akses Tol dalam kota lintas Slipi - Semanggi dan Cawang tidak ada
kendala pada pagi hari.
Dari semua yang saya paparkan ini sudah terlihat apa dan bagaimana penyebab
utama kemacetan di Jakarta itu terjadi khususnya di Jalan tol dalam kota Jakarta
pada pagi dan sore hari , mau diuji dan dianalisa dari Ahli manapun,
faktor-faktor diataslah yang menjadi penyebab utama kemacetan di jalan tol dalam
kota pada pagi hari atau sore hari diluar faktor-faktor esternal lainnya.
terlebih sekarang ditambah dengan pengecoran jalan dalam perluasan di Tol
Jagorawi juga menambah kemacetan setiap pagi dan sore hari.
Kemudian bagaimana solusinya secara Makro untuk mengatasi kemacetan di jalan
atau di jakarta ini??

Lebih dari 70% populasi kendaraaan setiap hari yang ada di Jakarta ini merupakan
sumbangan dari wilayah penyangga, yaitu Botabek yang setiap hari masuk kedalam
kota Jakarta, apakah melaui jalan tol datau melaui jalan lainnya.
Bagaimana cara mengatasinya atau menekan angka kemacetan ini :??

Berikut solusinya:

1. Bangun transportasi masalah jalan tol dengan menggunakan model busway dengan
2 atau 3 gandeng yang beroperasi mengelilingi jalan tol dalam kota dengan base
dari Cikarang, Cibubur dan Karawaci, yang diintegrasikan dengan Halte Busway
yang sudah ada, sehingga penumpang yang turun, langsung masuk ke halte bus way
yang sudah tesedia dari Cawang - Semanggi - Pluit - Plumpang - Rawamangun -
Cawang. Kalau Pemerintah tidak punya modal, panggil swasta untuk Melakukan,
dalam hitung-hitungan saya, Mayasari Bakti maupun Lorena punya kemampuan untuk
mengadakannya, atau Operator yang lain.

2. Setelah point pertama berjalan, batasi penggunakan mobil pribadi, bisa dengan
tahun pembuatan, no Polisi genap dan ganjil atau sampai 3 in 1, sehingga semua
orang akan menggunakan angkutan umum yang lebih lancar dan aman didalam tol yang
mendapatkan jalur khusus seperti jalus bus way sekarang ini.
Untuk mendukung point 2, undan atau minta pihak swasta untuk membangun area
parkir dengan bisnis lain terpadu yang menguntungkan semua pihak.
Saya punya keyakinan, kalau hal-hal tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh
dan diikuti oleh disiplin pengguna jalannya, maka dalam 5 tahun kedepan Jakarta 
masih nyaman untuk dilalui.

Mari sama-sama kita tunggu langkah-langkah perubahan yang konkrit dari
Kementerian Perhubungan, Jasa Marga, Pem Prov DKI dalam melakukan perbaikan atas
transportasi kita, atau kita akan melihat lagi pembatasan-pembatasan dari daerah
lain yang akan semakin menyulitkan distribusi barang, transportasi dan logistics
kita.

(Disalin dari Mailing list ALI 31 Mei 2011)

free counters


No comments:

Post a Comment